Seharusnya wirausahawan memiliki
jiwa bangga ketika menjual barang. Sebenarnya nilai atau esensi dari butuh uang
dan butuh barang adalah sama. Uang hanya sebagai alat tukar. Dulu, sebelum ada
alat tukar, manusia jual beli dengan cara barter, yaitu menukarkan barang
dengan barang. Jadi antar penjual dan pembeli sama-sama butuh barang. Sedangkan
sekarang motiv penjual dan pembeli sudah berbeda, pemebeli motifnya adalah
butuh barang sedangkan penjual memiliki motif membutuhkan uang. Anggapan umum memang
cenderung orang yang banyak uang derajtnya lebih tinggi daripada yang tidak
punya uang. Padahal sebenarnya itu tidak benar sama sekali.
Jika ingin jadi wirausahawan, mental
semacam ini harus kita buang sejauh mungkin. Tidak semua pedagang adalah orang
yang sedang membutuhkan uang yang berarti karena tidak punya uang. Mungkin ya, anggapan
semacam ini dilatarbelakangi oleh masa kecil yang melihat orang tua melakukan
penjualan hanya ketika membutuhkan uang saja, misalnya menggadaikan barang
untuk membayar uang sekolah anak. Hal ini seolah-olah sangat memalukan. Seharusnya
sikap wirausaha sudah ditanam sejak kecil oleh orang tua kepada anaknya. Jangan
sampai menunjukkan perasaan bersedih ketika menjual barang. Jualan adalah hal
yang menyenangkan karena menghasilkan uang. Jangan diidentikkan dengan menjual
adalah orang yang sedang tidak punya uang. Orang pasti tidak senang ketika
dianggap oleh orang lain sedang membutuhkan uang, layaknya pengemis. Ingat pedagang
dengan pengemis berbeda. Berdagang lebih bermartabat jauh daripada pengemis. Jadi
ayo yang ingin jadi wirausahawan, senangilah jualan. Karena pintu rejeki banyak
terletak dari aktifitas perdaganagan.