Senin, 11 Desember 2017


Terjebak dalam Kaca

Oleh: Khoirul Anwar


Dikala senja saat itu, warna langit di ufuk barat mulai memerah sedangkan awan hitam di atas masih meneteskan hujan rintik rintiknya. Kodok sawah mulai bersuara tak malu malu menyambut datangnya petang saat itu. Di suatu tempat gelap, Lorong Lorong di bawah tanah terdapat gua nan indah dan luas, hasil bangunan oleh puluhan tahun raja dan ratu rayap beserta pekerjanya. Cuacanya gelap gulita di dalam menjadi pemandangan yang biasa dan tak pernah jadi masalah.

Di hiruk pikuknya para pekerja rayap yang sibuk membuat kanal kanal dan lorong-lorong menyiapkan jalan para kandidat kandidat ratu dan raja baru di kerajaan berikutnya yang akan mereka bangun, terdengar tawa bahagia laron laron muda yang bersiap siap menemui calon pasangan mereka di alam tanpa batas. Ya, lorong-lorong menghubungkan gua itu dengan tempat tanpa batas, langit langit yang dihiasi bintang bintang nan berkilauan, suatu tempat ketikabertemunya para laron dengan calon pasangan hidupnya.

Tak lama kemudian hujan mulai reda, awan di langit telah kehabisan air untuk sang tanah. Gerombolan laron mulai baris berbondong bondong bergegas keluar menuju alam tanpa batas. Satu persatu mulai mengepakkan sayap tipis indahnya, dan mereka pun mulai terbang. Gembira dan suka cita yang mereka rasakan. Mereka berkumpul di suatu titik cahaya, cahaya akibat pantulan rembulan di batang pohon yang masih basah akibat hujan tadi. Banyak pemuda dan pemudi laron bercengkerama di sana, melakukan tarian untuk saling memikat satu sama lain.

Jack dan Lery, sepasang laron yang baru saja bertemu asyik bercakap cakap di suatu ranting. “ Hai, namaku Jack, bolehkan aku berkenalan dengan mu?”. Halo, Jack. Aku Lery, berasal dari barat daya. Bagaimana denganmu Jack?”. Oh aku dari tenggara. Senang bisa bertemu denganmu. Tarianmu bagus juga. Aku sangat menyukainya. Oya? terimakasih, kau juga sangat cantik. Bagaimana kalau kita menari bersama. Ok ayo kita menari bersama sama. Begitulah cara mereka mencari pasangan. Menari adalah suatu acara sakral sebagai ritual perkawinan. Perlahan mereka melepaskan sayap tipis nan indah mereka masing-masing yang membuat mereka jatuh tanah. Akhirnya, Jack dan Lery pun menikah dan memutuskan untuk hidup Bersama membangun keluarga mulai dari awal.

Saat itu ada si Ilun, anak manusia umur 9 tahun yang menyaksikan keramaian di pohon itu. Ilun melihat Jack dan Lery yang baru saja jatuh dari pohon. Kemudian dia menangkapnya dan menaruhnya di dalam botol kaca. Sepasang laron suami istri tertangkap di dalam sebuah botol kaca yang di dalamnya berisi tanah. Sepasang laron itu memutuskan untuk tinggal di sana dan membangun rumah mereka. Laron membangun rumahnya di dalam tanah dan berbentuk seperti suatu ruangan atau gua yang berbentuk dome. Sepasang laron itu menetap di rumah mereka dan tidak pernah keluar. Si istri laron beberapa hari kemudian bertelur. Sang suami laron tetap menemani istrinya yang sedang hamil itu. Istri laron meletakkan telurnya di dalam rumah sederhana yang mereka buat itu. Hampir setiap hari sang istri laron mengeluarkan telur dan mengumpulkan telurnya di dalam rumah itu. Pasangan laron itu tetap setia di dalam rumah itu dan tidak pernah keluar rumah. mereka berdua setia menunggu calon anak-anak mereka menetas. Selama menunggu anak-anaknya menetas sepasang laron itu tidak pernah keluar rumah dan tidak ditemukan aktivitas untuk mencari makan, sehingga dapat diduga bahwa mereka melakukan puasa selama menunggu anak-anaknya menetas. Hari demi hari mereka lalui dengan sabar. Sepasang kekasih, suami dan istri laron tersebut saling mengasihi dan menyayangi. mereka saling merawat satu sama lain dengan cara saling membersihkan tubuh masing-masing. Kurang lebih empat puluh hari kemudian si telur laron mulai menetas. Sepasang laron itu sangat bahagia melihat telur telur mereka mulai menetas. Satu demi satu telur laron menetas. mereka merawat anak anak laron itu dan memberinya mereka makan dari dalam tubuh bapak dan ibu laron yang sedang berpuasa itu. Di saat mereka berpuasa mereka masih mampu memberi makan anak-anaknya, merawat anak-anaknya hingga dewasa. 

Anak anak laron dididik oleh bapak ibu laron ada yang menjadi pekerja dan ada juga yang menjadi tentara. Sambil memberi makan sang ibu berpesan kepada anak-anaknya, kelak ketika dewasa mereka harus menjadi rayap yang rajin dan berguna bagi semua makhluk ciptaan Tuhan. Hingga pada akhirnya anak-anak laron cukup dewasa dan dapat mulai keluar dari rumah. Anak-anak laron dan saudara-saudaranya bekerja sama membangun liang kembara atau lorong lorong menuju keluar rumah. Saudara rayap yang menjadi tentara menjaga saudaranya rayap pekerja dan juga bapak ibunya. 

Pekerjaan anak-anak rayap pekerja adalah mengumpulkan kayu sebagai substrat untuk membangun kebun jamur. Mereka membuat kebun jamur untuk orang tua yang telah merawatnya dari kecil dan juga saudara-saudaranya yang membutuhkan makan. Sedikit demi sedikit anak-anak pekerja mulai mengumpulkan kayu di dalam rumah hingga beberapa hari kemudian jamur yang mereka tanam mulai tumbuh dan berkembang biak. Akhirnya mereka panen jamur itu. Mereka makan dari hasil kebun jamur itu. Di saat itulah bapak dan ibu laron mulai melakukan aktivitas makan. mereka berbagi satu sama lain, saling suap menyuapi ketika mereka makan. Rayap pekerja terus dengan rajinnya mengumpulkan kayu dan seresah untuk memperbesar kebun mereka, karena semakin hari saudara-saudaranya bertambah banyak dan banyak yang harus diberi makan. Hingga di suatu musim berikutnya tibalah saatnya anak-anak rayap calon laron laron baru mulai berkelana untuk mencari pasangan. kebun mereka mulai ditinggal. Jamur terus tumbuh walaupun tidak dirawat oleh sang rayap pekerja. akhirnya jamur itu tumbuh membentuk tubuh buah yang sangat besar, menembus rumah rayap menuju permukaan tanah. Jamur itu menyebarkan spora sebagai benih jamur bagi calon pasangan-pasangan laron baru. Tubuh buah jamur itu juga dapat dimakan oleh organisme lain selain rayap seperti, kumbang, siput, dan juga manusia.


Itulah hasil pekerjaan suatu makhluk yang bernama rayap. Mulai dari melakukan aktivitas laron yang berpuasa, saling tolong menolong, rajin dan bekerja sama membangun kebun untuk memberi makan banyak makhluk. anak-anak rayap juga sangat taat dan patuh kepada nasihat orang tuanya. Subhanallah. kita sebagai manusia sosial patut kiranya meniru tingkah laku rayap sebagai serangga sosial. (Khoirul Anwar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar